AKU HANYA BUAT NASFSU KAKEK HANYA DEMI UANG

Juni 08, 2017 Unknown 0 Comments





Usia mbah Rejomulyo sudah 70 tahun, tapi soal semangat tak mau kalah dengan kawula muda. Tampang sih sudah Pepabri, tapi gairah masih Akabri. Buktinya, dalam usia itu dia tak bisa lihat janda muda nganggur. Dengan alasan pinjam kapak, janda Ratini, 35, langsung disergap dan digauli bak istri sendiri.
Dalam usia sudah demikian udzur, mustinya setiap orang berkoreksi diri atas langkahnya selama ini. Mumpung masih ada waktu, perbaikilah kelakuan-kelakuan nyasarnya selama ini, sehingga bisa dijadikan amal demi “masa depan”-nya yang tak lama lagi akan tiba. 
Dalam ajaran Islam, ini bisa disebut: mati dalam keadaan khusnul khotimah. Jika hingga akhir hayatnya masih tetap hidup dalam cara amburadul, itu sama saja disebut: su’ul khotimah!
Barangkali Mbah Rejo dari Desa Serut Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunung Kidul (DIY) ini, mengarah nasib akhir yang demikian. Soalnya, dalam usia kepala 7 begitu kelakuannya masih mbagusi bak anak muda saja. 
Lihat perempuan cakep, matanya masih liar, jakunnya turun naik. Lalu, sakit batuk juga tidak, langsung berlagak batuk-batuk kecil penuh isyarat. Mau tahu isi otaknya Mbah Rejo? Ooo…..ngeres sekali, karena dia lalu membayangkan yang enggak-enggak, bla bla bla…….
Dalam bulan puasa seperti sekarang ini, otak ngeres Mbah Rejo tak juga surut. Melihat Ny. Ratini yang janda lumayan ayu, pikirannya tetap melayang-layang nggak keruan. Padahal mustinya, jika memang dia orangtua yang bisa dijadikan panembahan (panutan), bila masih ada ketertarikan pada makhluk lain kan bisa disalurkan pada istri sendiri yang dijamin halalan tayiban. “Rumangsamu, mbah wedok wis kempong perot ora kalap (gimana sih, mbah putri kan sudah jompo tak berguna),” kata Mbah Rejo tanpa malu-malu.
Sesuai dengan usianya yang sudah kepala enam, memang mbah putri sudah berhalangan tetap alias tak bisa menjalankan kuwajiban utamanya sebagai istri. Jika suami sudah lama tak mendekati, dia juga maklum karena berpikir sudah sama-sama uduzur sehingga mungkur kadonyan (meninggalkan duniawi). Ee….., nggak tahunya di luaran Mbah Rejo masih clinthisan (kelayaban) mencari daun muda. Ibarat wayang, tampang sudah begawan Abiyasa, tapi kelakuan masih Abimanyu.
Sampailah kejadian beberapa hari lalu. Melihat Ny. Ratini sendirian di rumah, Mbah Rejo mula timbul otak miringnya. Tak peduli dalam suasana bulan Ramadan, siang-siang hari bolong begini dia merapat ke rumah si janda. Awalnya dia beralasan mau pinjam kapak untuk mbladhogi (membelah) kayu. Tanpa curiga Ny. Ratini langsung masuk ke dalam mengambil kapak yang dibutuhkan si kakek tetangga.
Nggak tahunya, si kakek mengikuti dari belakang. Belum juga didapat kapak tersebut, Mbah Rejo langsung menyergap sijanda dan diseret ke amben (ranjang bambu) di ruang tengah, diajak berhubungan intim bak suami istri. Meski mencoba meronta sebisanya, apa daya seorang wanita, Ratini kalah perkasa sehingga akhirnya ternoda. Selesai melepaskan hajat Mbah Rejo memberikan uang Rp 200.000,- berikut sebungkus pisang goreng untuk takjilan nanti sore.
Ny. Ratini yang merasa terhina sekali, tak terima dengan perlakuan Mbah Rejo. Diam-diam dia lalu melapor ke Polsek Gedangsari. Gegerlah warga Desa Serut, ketika menyaksikan kakek yang nampaknya kalem penuh wibawa itu digelandang polisi, dinaikkan ke mobil tahanan. “Onten napa ta mbah (ada apa ta ini)?” tanya warga, tapi Mbah Rejo tak menjawab sepatahpun, mungkin pikirnya, nanti kan tahu sendiri.

You Might Also Like

0 komentar: